Contoh Naskah Drama Pendek “Penyesalan Seorang Sahabat” 5 Orang (2 Laki-laki, 3 Perempuan)
Tema: Penyesalan Seorang Sahabat
Jumlah Pemeran: 5 Orang (2 Laki-laki, 3 Perempuan)
Alat yang Dibutuhkan:
- Meja dan kursi
- Peralatan sekolah (pulpen, buku)
- Dll
Suatu ketika di saat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Pada saat diadakannya ujian semester, Chelvin dan Arif duduk sebangku. Zahra dan Bunga duduk sebangku di depannya. Sedangkan Sarah duduk sendiri di samping Arif.
Mata pelajaran yang sedang di ujiankan adalah Matematika. Semua murid terlihat kebingungan dan kewalahan melihat soalnya. Lalu terjadilah percakapan antara kelima orang tersebut.
Arif: “Bunga, aku minta jawaban soal nomor 5 sama 6, dong!”
Bunga: “A dan C.”
Zahra: “Kalo soal nomor 10, 11 dan 15 jawabannya apa, Rif?"
Arif: “10 A, 11 D. Kalo nomor 15 aku belum nih.”
Chelvin: “Huss, jangan kencang-kencang nanti kedengeran guru.”
Zahra: “Soalnya susah banget, masih banyak yang belum aku kerjain.”
Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan Sarah, ia terlihat rileks dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa mencontek.
Arif: “Sar, kamu sudah selesai?”
Sarah: “Belum, tinggal 3 soal lagi nih, Rif.”
Arif: “Aku minta jawaban nomor 15 sampai 20 dong, Sar!”
Sarah: “Gak ah, Rif.”
Arif: “Kenapa? Kita sahabat sarah, kita harus kerjasama.”
Bunga: “Iya, Sarah. Kita harus kerja sama.”
Chelvin: “Iya, kamu kan yang paling pinter di antara kita, Sar.”
Sarah: “Tapi bukan kerjasama kayak gini, temen-temen.”
Zahra: “Kenapa memang, Sar? Cuma 5 soal aja kok!”
Sarah: “Mencontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, sama-sama dosa. Aku gak mau nyontek karena dosa, begitu pula ngasih contekan ke kalian. Aku minta maaf ya.”
Zahra: "Tapi sekarang kan mendesak, Sar.”
Bunga: “Iya bantu kami dong, Sar.”
Sarah: “Tetep gak bisa..”
Bunga: “Yaudah! Urus aja diri kamu sendiri, Sar! Kami urus diri kami sendiri.” (marah dan kesal)
Arif: “Biarin lah, kita liat di buku aja.”
Arif lalu mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, kemudian melihat rumus dan jawaban di dalamnya. Lalu Zahra menanyakan hasilnya.
Zahra: “Gimana, Rif? Ada gak?
Arif: “Ada, kalian dengar, ya. 15 A, 16 D, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C.”
Karena suara Arif yang terdengar cukup keras, Guru pun mendengarnya dan menghampiri mereka berempat. Kemudian memerintahkan keempat murid tersebut untuk keluar ruang kelas. Mereka dihukum di lapangan untuk menghormati bendera.
Arif: “Aku gak menyangka bakal kayak gini.”
Bunga: “Aku juga gak menyangka, bakal dihukum.”
Zahra: “Seharusnya kita belajar ya.”
Chelvin: “Iya, Sarah bener.”
Bunga “Pas udah kayak ini, baru kita sadar ya...”
Zahra: “Iya nih, aku nyesel!”
Chelvin, Bunga: “Aku juga."
Setelah ujian selesai, Sarah keluar dari kelas dan menghampiri mereka. Kemudian Sarah ikut berdiri hormat seperti yang lain.
Bunga “Kenapa, Sarah? Kamu dihukum juga, ya?”
Sarah: “Enggak kok, aku pingin menjalani hukuman kalian juga. Kita sahabat kan? Aku pingin ngerasain hal yang sama kayak kalianl.”
Zahra: “Aku berharap ini jadi pelajaran buat kita semua.”
Bunga: “Dan gak akan kita ulangi lagi.”
Chelvin: “Kita sahabat sejati!”
Arif: "Tunggu sebentar! Kalo kamu sahabat kami pasti kamu bakal nunjukkin kami jawaban pas ujian!" (berbicara dengan nada marah dan kesal).
Sarah: "Tapi..."
Bunga: "Kamu kenapa, Rif? Gak biasanya kamu kayak ini?" (dengan muka binggung).
Zahra: "Iya kamu kenapa, Rif? Kesambet?"
Arif: "Aku gak suka sahabat yang gak ngebantu satu sama lain!"
Chelvin: "Iya sih kamu bener, tapi gak membantu dalam hal menyontek.." (berusaha menyadarkan Arif)
Bunga: "Yap, betul tu kata kamu, Vin..." (mengangkat jempol)
Zahra:" Iya betul tuh." (mengangukkan kepala)
Arif: "Iya ya, kalian semua bener, aku yang salah!" (kesel dan pergi meninggalkan Bunga, Sarah, Chelvin, dan Zahra)
Sarah: "Rif! Hukumannya belom selesai."
Arif: "Biarin! Biar aku aja yang kena marah!"
Semenjak kejadian itu, Arif menjauhi sahabat-sahabatnya. Sarah yang merasa bersalah selalu mengingat kejadian yang dialaminya kemarin.
Bunga: "Sarah! Kamu kenapa merenung?"
Sarah: "Ya ampun ngagetin aja kamu!"
Bunga: "Hehehe, sorry.."
Zahra: "kamu merenung gara-gara Arif yaa?"
Bunga: "Cieeeee. Sarah suka Arif?"
Chelvin: "Eh ada apa di sini rame-rame?" (binggung)
Sarah: "Enak aja! Gak ada apa-apa kok, Vin."
Chelvin: "Rasanya cuma aku cowok di sini."
Zahra: "Aku gak ngerasain tu hahaha."
Dari kejahuan, Arif menatap sinis. Dia iri melihat sahabat-sahabatnya tertawa bersama.
Arif: "Eh ada sahabat-sahabat aku.. Eh maksudnya mantan sahabat aku." (dengan nada bicara yang mengejek).
Arif: "Eh ada sahabat-sahabat aku.. Eh maksudnya mantan sahabat aku." (dengan nada bicara yang mengejek).
Chelvin: "Apa? Jadi kamu bilang kita ini gak sahabat kamu lagi? Oke! fine!"
Zahra: "Ish! Gak lucu!" (memukul pundak Chelvin)
Bunga: "Kamu iri liat kami ketawa baren-bareng ya, Rif?" (marah dan kesal)
Arif: "Gak tuh aku gak iri! Ngapai juga?" (nada kesal)
Sarah: "Rif, kamu gak kangen apa kita ketawa bareng kayak dulu lagi?"
Arif termenung. Di dalam hatinya terucap kata penyesalan tapi dia tidak ingin mengucapkannya.
Zahra: "Ish! Gak lucu!" (memukul pundak Chelvin)
Bunga: "Kamu iri liat kami ketawa baren-bareng ya, Rif?" (marah dan kesal)
Arif: "Gak tuh aku gak iri! Ngapai juga?" (nada kesal)
Sarah: "Rif, kamu gak kangen apa kita ketawa bareng kayak dulu lagi?"
Arif termenung. Di dalam hatinya terucap kata penyesalan tapi dia tidak ingin mengucapkannya.
Bunga: "Kamu kenapa diem, Rif?"
Chelvin: "Kamu aneh, Rif."
Sarah: "Kalau aku salah, aku minta maaf ya, Rif." (menundukkan kepala)
Zahra: "Sekarang kamu pikir aja, yang salah siapa?" (berdiri dan pergi menjauh)
Bunga, Chelvin, dan Sarah pun pergi mejauh, tinggal Arif dengan penyesalannya dia ingin meminta maaf namun dia mengurungkan niatnya. Keesokan harinya, guru mengadakan ujian dadakan, semua murid terkejut terutama Arif.
Chelvin: "Kamu aneh, Rif."
Sarah: "Kalau aku salah, aku minta maaf ya, Rif." (menundukkan kepala)
Zahra: "Sekarang kamu pikir aja, yang salah siapa?" (berdiri dan pergi menjauh)
Bunga, Chelvin, dan Sarah pun pergi mejauh, tinggal Arif dengan penyesalannya dia ingin meminta maaf namun dia mengurungkan niatnya. Keesokan harinya, guru mengadakan ujian dadakan, semua murid terkejut terutama Arif.
Sarah: "Untung kita tadi belajar ya.." (terseyum)
Zahra, Bunga, Chelvin mengacungkan jempol.
Guru memerintahkan untuk memberikan jarak antar meja supaya tidak ada murid yang mencontek.
Arif yang kebinggugan hanya bisa membolak-balikan soal, dan dia melakukan kembali hal buruk yang sebelumnya ia lakukan. Arif mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, tidak disadari buku Arif terjatuh dari kolong bangkunya. Guru pun langsung meminta arif keluar ruangan kelas karena mencontek yang kedua kalinya.
Arif: "Aku nyesel! Aku nyesel!" (memukul-mukul kepalanya)
Guru memerintahkan untuk memberikan jarak antar meja supaya tidak ada murid yang mencontek.
Arif yang kebinggugan hanya bisa membolak-balikan soal, dan dia melakukan kembali hal buruk yang sebelumnya ia lakukan. Arif mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, tidak disadari buku Arif terjatuh dari kolong bangkunya. Guru pun langsung meminta arif keluar ruangan kelas karena mencontek yang kedua kalinya.
Arif: "Aku nyesel! Aku nyesel!" (memukul-mukul kepalanya)
Setelah selesai dari ujian, Sarah, Chelvin, Bunga, dan Zahra keluar kelas lalu menghampiri Arif.
Chelvin: "Kita sahabat." (mengacungkan jempol)
Bunga: "Iya kita sahabat."
Zahra: "Sahabat selalu ada dalam suka dan duka." (tersenyum)
Sarah: "We are best friend!" (bersorak girang)
Arif: "Iya, aku gak mau nyontek lagi." (menundukkan kepala)
Pada hari itu semua tersenyum bahagia. Arif yang menyadari kesalahannya tidak mau mengulanginya kembali. Mereka selalu belajar bersama dan pada saat ulangan Arif tidak kebinggugan menjawab soal. Hasilnya, Arif mendapatkan nilai yang cukup bagus. Begitu pula dengan Bunga, Zahra, Chelvin, dan Sarah. Guru tersenyum melihat kemajuan Arif.
Chelvin: "Kita sahabat." (mengacungkan jempol)
Bunga: "Iya kita sahabat."
Zahra: "Sahabat selalu ada dalam suka dan duka." (tersenyum)
Sarah: "We are best friend!" (bersorak girang)
Arif: "Iya, aku gak mau nyontek lagi." (menundukkan kepala)
Pada hari itu semua tersenyum bahagia. Arif yang menyadari kesalahannya tidak mau mengulanginya kembali. Mereka selalu belajar bersama dan pada saat ulangan Arif tidak kebinggugan menjawab soal. Hasilnya, Arif mendapatkan nilai yang cukup bagus. Begitu pula dengan Bunga, Zahra, Chelvin, dan Sarah. Guru tersenyum melihat kemajuan Arif.
TAMAT
Belum ada Komentar untuk "Contoh Naskah Drama Pendek “Penyesalan Seorang Sahabat” 5 Orang (2 Laki-laki, 3 Perempuan)"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik anda.