Pengalaman Naik Kapal Executive Merak - Bakauheni: Harga Tiket, Fasilitas, Sensasi

afiqmedia.xyz – Kapal merupakan sarana transportasi yang biasa digunakan oleh penumpangnya yang dapat berlayar di atas sungai, laut, dan samudra. Seiring kemajuan teknologi saat ini, banyak jenis kapal yang dapat kita temui di dunia ini, salah satunya adalah yang berjenis Kapal Penumpang. Jenis kapal penumpang ini dibedakan menjadi dua, yaitu kapal pesiar dan kapal feri. Apa yang membuat kedua kapal tersebut berbeda? Selain ukuran dan rute perjalanan, fasilitas yang diberikan pun tentunya berbeda. Mengingat jarak tempuh dan waktu pelayaran yang berbeda pula.

Di Indonesia, kapal feri sangat diminati oleh banyak orang, mengingat letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan. Sehingga orang-orang pasti membutuhkan kapal untuk mengarungi lautan. Mungkin saja kalian yang sedang membaca tulisan ini termasuk ke dalam golongan orang-orang tersebut.

Kali ini saya ingin bercerita mengenai perjalanan pulang saya dari Palembang menuju Bandung, di mana untuk menyebrangi selat Sunda tentu memerlukan kapal feri.

Berhubung tak lama lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, itu berarti musim mudik lebaran sudah sebentar lagi. Dan bagi kalian yang ingin melakukan penyebrangan dari pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni atau sebaliknya menggunakan kapal feri, dipastikan akan ada informasi tambahan yang bisa kalian ambil dari tulisan ini. Tulisan ini juga akan bermanfaat bagi kalian yang hendak berlibur. Karena selain berisi tentang cerita perjalanan saya, dalam tulisan ini saya juga akan membuat review mengenai Kapal Executive, mulai dari Harga Tiket, Fasilitas, hingga sensasi saat berlayar menggunakan kapal tersebut.

Sebelumnya saya menyarankan kepada kalian untuk membaca terlebih dahulu cerita perjalanan saya dari Bandung menuju Palembang dengan cara klik pada tulisan berwarna biru di bawah ini:
Cerita Perjalanan dari Bandung menuju Palembang.

Setelah itu kalian bisa membaca cerita perjalanan pulang saya dari Palembang menuju Bandung menggunakan Kapal Executive. 

Cerita Perjalanan Pulang dari Palembang ke Purwakarta
Saya pulang dari Palembang menuju Bandung menggunakan bus Harum BSI yang tiketnya sudah saya pesan sehari sebelum keberangkatan. Perjalanan pulang kala itu rasanya membuat saya cukup khawatir, karena saat itu kondisi saya sedang tidak fit. Apalagi saat itu dunia sedang digemparkan dengan wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang juga menyerang Indonesia. “Duh nanti gimana ya pas di kapal laut, takut ada yang udah terinfeksi”, pikir saya, khawatir.

Dijadwalkan saya berangkat dari Palembang sekitar pukul 11 siang. Sebelum berangkat saya memutuskan untuk membeli masker terlebih dahulu. Saya mencarinya ke apotek terdekat. Dua apotek dan tiga minimarket telah saya telusuri, namun hasilnya nihil. Tidak ada satu pun yang menjual masker, stok habis katanya. Saya baru bisa mendapatkannya di apotek ketiga, namun harganya tidak main-main, satu masker dihargai Rp5.000. “Mahal banget kak, biasanya lima ribu dapet tiga”, saya berusaha nawar. “Iya sekarang lagi langka banget barangnya”, balas penjualnya. Dalam hati saya, “Ya udah lah, daripada saya mati gara-gara Corona”.

Sebelum berangkat, saya juga sempat membeli oleh-oleh, titipan pempek dan kemplang, serta tidak lupa sedikit cemilan untuk menemani saya selama di perjalanan. Saya diantar oleh kedua orangtua dan juga bibi saya menuju pul bus. Saya tiba di pul bus Harum BSI pada pukul 10 pagi. Saya kira bus akan datang tepat waktu, namun ternyata bus baru datang dua jam kemudian dan membuat saya baru bisa berangkat tepat pukul 12 siang.

Sebenarnya kami sudah mulai masuk tol dari Palembang yang bisa langsung menuju ke Lampung, namun karena jalan tolnya belum sepenuhnya siap untuk dilalui akhirnya kami keluar di gerbang exit tol Inderalaya sebelum akhirnya kembali masuk tol di Kayu Agung dan terus menuju Lampung. Sekitar pukul 5 sore, perjalanan dihentikan sementara untuk melakukan istirahat, sholat, makan, dan ganti supir di restoran Prambanan, Bandar Lampung. Beda dengan orang lain, di restoran saya hanya numpang shalat dan buang air kecil saja, karena saya mengira pasti harga makanan di restoran tersebut akan mahal. “Lagian saya kan udah dibawain makan dari rumah, nanti aja ah makannya pas di kapal”, pikir saya.

Setelah semua selesai dari istirahat, shalat, dan makan, kami semua kembali ke dalam bus. Saat di dalam bus, terdengar ibu yang duduk satu baris di depan saya bergumam kepada penumpang di sebelahnya, dengan nada khas ibu-ibu rumpi, “Haduh, makanan di sini mahal banget ya, masa makan nasi pake ikan dan sayur aja habis 50 ribu”, si ibu menyesal. Saya hanya diam sembari bersyukur sekali karena tidak masuk dan duduk di restoran itu. Dalam hati saya, “Kalau udah duduk ya mau ga mau harus pesen makanan. Untung cuma numpang shalat dan buang air aja”. Perjalanan pun dilanjutkan menuju pelabuhan Bakauheni, Lampung.

Di tengah perjalanan, sebelum tiba di pelabuhan, saya dan seluruh penumpang bus ditawari dua pilihan, antara naik kapal executive atau reguler. “Bapak dan ibu akan dikenai biaya tambahan 20 ribu per orangnya kalau naik kapal executive, tapi nanti saat di atas kapal, bapak dan ibu bisa menikmati seluruh fasilitas yang ada secara gratis”, ujar kondektur bus, menawarkan. Seluruh penumpang pun kompak memilih kapal executive. Sedangkan saya? Saya langsung terdiam karena tidak mengira bahwa keinginan saya yang belum terpenuhi seminggu lalu kini akan terwujud, “Alhamdulillah, terimakasih ya Allah”, dalam hati saya saat itu, bersyukur.

Dalam perjalanan menuju pelabuhan juga ada hal menarik yang membuat mata saya langsung terfokus melihatnya. Sepanjang perjalanan saya melihat banyak sekali kebun pisang yang ditanami di tepi jalan tol. Itu karena Lampung bukan saja penghasil kopi, tapi juga penghasil pisang yang enak dikonsumsi. Namun bukan itu yang membuat saya kagum saya saat itu, melainkan kawanan burung merpati putih yang terbang bergerombol di atas pohon-pohon pisang. Jumlah burung tersebut tak terhitung lagi banyaknya, yang jelas banyak sekali. Di mana ada pohon pisang, maka di atasnya pasti ada burung tersebut. Sedangkan perkiraan saya luas kebun tersebut bisa mencapai puluhan hektar. Fenomena langka tersebut dilengkapi dengan indahnya langit senja saat itu. Dalam hati saya, “Maa syaa Allah, indah sekali ciptaan-Mu”.

Fasilitas Mall di Terminal Dermaga Executive Pelabuhan
Akhirnya tepat pada pukul setengah 9 malam kami tiba di Dermaga 7 Executive, Pelabuhan Bakauheni, Lampung (di Pelabuhan Merak Banten, Dermaga Executive terdapat di dermaga 6). Setibanya di dermaga tersebut kami langsung melihat mall. Sesuatu yang tidak pernah saya temui di pelabuhan manapun selama mudik lebaran. Saya tidak begitu terkejut dengan keberadaan mall tersebut, karena sejak dua tahun lalu saya sudah mengikuti perkembangan pembangunannya melalui media TV dan internet. Namun kali ini berbeda, saya bisa melihatnya secara langsung.

Sayangnya kami tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam mall tersebut karena beberapa alasan. Alasan pertama karena antrian masuk ke dalam kapal tidak padat, jadi bus bisa langsung masuk ke kapal tanpa menunggu. Kalau pun saja antriannya padat, kami juga tidak bisa turun dan masuk ke dalam mall karena ada alasan lain. Alasan itu adalah karena supir bus menginginkan agar kita cepat sampai. Ya, waktu keberangkatan bus siang tadi bisa dikatakan terlambat satu jam, jadi mau tidak mau kami harus sampai lebih cepat, bagaimanapun caranya. Andai kata bus tidak berangkat terlambat, tetap saja ada alasan lain yang membuat kami benar-benar tidak diperkenankan untuk masuk ke mall. Alasan itu adalah kenyataan bahwa mall-nya sudah tutup. “Ya, gimana sih, baru jam segini kok udah tutup”, kata abang yang duduk di sebelah saya, kecewa. “Mungkin karna pengunjungnya udah sepi kali ya bang”, ujar saya.

For your information, fasilitas yang terdapat di dalam mall tersebut sangat lengkap. Bagi kalian yang sering melakukan perjalanan menggunakan pesawat mungkin tidak akan asing dengan bagaimana suasana terminal di dalam mall ini. Menurut detik.com, di dalamnya terdapat toko fashion seperti Miniso, coffee shop seperti Starbucks, restoran seperti KFC, ada juga Solaria, Gerai Cindera Mata, Mini Market, serta pusat belanja dan tenant-tenant lainnya. Ada juga Playground untuk anak-anak, Live Music, Hotel untuk menginap di lantai 3, dan Bioskop di lantai 2. Ini membuat terminal (also known as Mall) di dermaga ini bisa dikatakan lebih mewah daripada terminal yang ada di bandara. Di lantai 2 juga terdapat tempat untuk membeli tiket kapal baik secara manual, maupun melalui mesin secara mandiri agar terhindari dari antrian untuk mendapatkan Boarding Pass. Jika kalian membeli tiket secara online melalui website resmi PT. ASDP Indonesia Ferry, kalian juga bisa mencetak boarding pass kalian di mesin tersebut. Selain itu, di lantai ini ada juga Ruang Tunggu (waiting room) untuk menanti jadwal keberangkatan kapal executive yang berangkat setiap dua jam sekali. Sambil menunggu, kalian juga dapat mengisi baterai hp kalian yang sudah habis dengan menyimpannya di Charging Box. Di mall ini juga terdapat Garbarata yang merupakan jembatan penghubung menuju kapal berbentuk terowongan. Jadi bagi pejalan kaki, setelah membeli tiket dan berbelanja di mall bisa langsung naik ke kapal melalui garbarata tersebut yang juga sudah dilengkapi dengan AC.

Bagaimana? Mewah dan lengkap bukan? Bisa jadi mall ini lebih mewah daripada mall terdekat dari rumah kalian, lho. Menurut Building Manager, mall tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang sedang menunggu waktu keberangkatan kapal, tapi juga untuk masyarakat yang tinggal di sekitar mall tersebut.

Tak hanya mall, sisi lain yang saya soroti saat tiba di dermaga executive adalah, kebersihan dermaga yang sangat terjaga. Berbeda dengan dermaga lainnya yang terlihat sampah berserakan di mana-mana.



Harga Tiket Kapal Executive Merak – Bakauheni 
Untuk harga tiket sendiri tentunya akan lebih mahal ketika kita menaiki kapal executive ketimbang menaiki kapal reguler. Selisih harganya pun bisa mencapai ratusan ribu lho. Sebagai tambahan, metode pembayaran tiket (baik reguler maupun executive) kini sudah tidak menggunakan metode pembayaran dengan uang tunai (cash), melainkan sudah berganti menjadi metode non-tunai dengan menggunakan kartu e-money atau uang elektronik. Kartu e-money yang dapat kalian gunakan antara lain Brizzi (BRI), Tap Cash (BNI), Mandiri E-Money (Mandiri), dan Blink (BTN). Jadi, sama seperti pembayaran tol, pastikan terlebih dahulu saat sebelum berangkat bahwa saldo yang terdapat di dalam kartu kalian sudah mencukupi untuk melakukan pembayaran tiket. Selain menggunakan kartu e-money untuk melakukan pembayaran kalian juga bisa mengakses website resmi PT. ASDP Indonesia Ferry (https://tiket.indonesiaferry.co.id). Untuk lebih jelasnya, kalian bisa lihat pricelist-nya di bawah ini:

Pejalan Kaki
Dewasa
Executive: Rp 50,000
Reguler: Rp 15,000
Selisih: Rp 35,000

Anak-anak
Executive: Rp 34,000
Reguler: Rp 8,000
Selisih: Rp 26,000

Kendaraan
Golongan I - Sepeda Angin
Executive: Rp 62,000
Reguler: Rp 22,000
Selisih: Rp 40,000

Golongan II - Sepeda Motor Roda Dua
Executive: Rp 88,000
Reguler: Rp 51,000
Selisih: Rp 37,000

Golongan III - Sepeda Motor Roda Tiga
Executive: Rp 147,000
Reguler: Rp 114,000
Selisih: Rp 33,000

Golongan IV A - Mobil Pribadi
Executive: Rp 579,000
Reguler: Rp 374,000
Selisih: Rp 205,000

Golongan IV B - Mobil Barang
Executive: Rp 385,000
Reguler: Rp 326,000
Selisih: Rp 59,000

Golongan V A - Bus Sedang
Executive: Rp 1,019,000
Reguler: Rp 774,000
Selisih: Rp 245,000

Golongan V B - Truk Sedang
Executive: Rp 687,000
Reguler: Rp 645,000
Selisih: Rp 42,000

Golongan VI A - Bus Besar
Executive: Rp 1,716,000
Reguler: Rp 1,301,000
Selisih: Rp 415,000

Golongan VI B - Truk Besar
Executive: Rp 1,108,000
Reguler: Rp 998,000
Selisih: Rp 110,000

Golongan VII
Executive: Rp 1,479,000
Reguler: Rp 1,406,000
Selisih: Rp 73,000

Golongan VIII
Executive: Rp 2,181,000
Reguler: Rp 2,080,000
Selisih: Rp 101,000

Golongan IX
Executive: Rp 3,394,000
Reguler: Rp 3,251,000
Selisih: Rp 143,000

Sumber: bangunsumatera.com
Catatan: *Harga terbaru (28 Maret 2020)
*Tarif sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kebijakan PT. ASDP Indonesia Ferry

Fasilitas Kapal Executive Merak – Bakauheni Serta Sensasinya
Dengan harga yang terpaut cukup tinggi dari harga reguler, apakah semua itu sebanding dengan fasilitas yang diberikan? Jadi, setibanya di kapal saya turun dari bus dengan high-expectation, berharap saya dapat dimanjakan oleh fasilitas yang diberikan di atas kapal. Saya membawa bingkisan berisi cemilan dan makanan berat untuk saya konsumsi di atas nanti. Saat turun dari bus, bau polusi kendaraan yang begitu pekat sudah mulai terhirup. Namun bau itu dapat diminimalisir dengan melindungi mulut dan hidung menggunakan masker yang sudah saya siapkan sebelumnya.

Tangga dan Tempat Parkir Kendaraan
Kemudian saya naik ke atas kapal melalui tangga yang berada di bagian pinggir kapal. Di tangga tersebut saya sudah mulai merasakan perbedaannya. Biasanya saat saya menaiki tangga dari deck bawah, baik pijakan maupun pegangan tangga (railing) yang terbuat dari kerangka baja itu agak licin. Entah apa yang membuatnya licin, seperti ada oli atau minyak yang menempel di setiap pijakan dan railing-nya, sehingga hal tersebut dapat membahayakan penumpang yang hendak naik ke atas. Terlebih jika penumpang tersebut merupakan lansia. For your information, jika sudah di kapal, semua penumpang yang membawa kendaraan baik yang diparkirkan di geladak dasar (deck bawah) maupun geladak atas (main deck) diwajibkan turun dari kendaraannya, termasuk supir, lalu naik ke ruang penumpang yang telah disediakan di atas kapal. Sebagai tambahan, geladak dasar biasanya dipergunakan untuk parkir kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan bus. Sedangkan geladak atas biasanya digunakan untuk parkir kendaraan yang lebih kecil seperti mobil pribadi (City Car, LCGC, MPV, dan SUV), mobil pick-up, serta kendaraan roda dua.

Namun berbeda saat saya mencoba naik atas ke kapal melalui tangga di kapal executive, meskipun bahan pijakan tangganya memang sama-sama terbuat dari baja, namun tidak begitu licin karena sudah dilapisi karpet dengan finishing karet pada setiap pijakannya. Ukuran tangganya pun cukup lebar dan lumayan panjang, sehingga terasa begitu ergonomis saat diinjak. Lalu railing-nya pun tidak terasa licin, sehingga memudahkan kita saat ingin menjadikannya tumpuan untuk menaiki tangga. Meskipun begitu, bagian ini tetap memiliki kekurangan, yaitu tingkat kemiringan tangganya masih tergolong curam. Hal tersebut bisa saja membahayakan penumpang. Saya rasa alangkah lebih baik jika tangganya dibuat dengan bentuk L, sehingga dengan luas bagian pinggir kapal yang biasa saja itu bisa dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin, kemiringan tangganya pun bisa dibuat lebih landai. Ya, itu memang hanya detail kecil, tapi menurut saya itu perlu diperbaiki oleh produsen-produsen kapal.

Ruang Executive Class
Di beberapa kapal, ruang ini juga disebut sebagai ruang Business Class. Ruang ini merupakan tempat untuk beristirahat bagi para penumpang yang merasa penat selama di perjalanan. Ruang ini juga cocok untuk berkumpul bersama keluarga atau teman. Di dalamnya terdapat kursi sofa yang mengelilingi meja juga dilengkapi dengan cluster untuk memisahkan antar bagian-bagian. Meja-meja yang ada dihiasi oleh tanaman sintesis di tengahnya, sehingga terlihat cukup menyejukkan saat dipandang. Selain itu, di dalam ruangan ini juga dilengkapi dengan TV, AC dan toilet. Saat saya menginjakkan kaki saya di ruangan ini, hal berbeda selanjutnya yang saya rasakan adalah ruangannya cukup kedap dari suara ombak dan bisingnya suara mesin kapal di luar, bahkan sepanjang perjalanan saya nyaris tidak mendengar suara klakson kapal yang terkenal sangat berisik dan membuat telinga siapa saja pasti tidak akan nyaman mendengarnya. Nice! 

Playground untuk Anak-anak
Selain itu, saat saya mencari tempat duduk kosong, saya menemukan playground yang diperuntukkan kepada anak-anak di dalam ruangan istirahat penumpang. Andai saya masih kecil, saya pasti akan masuk dan bermain di situ. Menurut saya area bermain anak ini cukup penting keberadaannya bagi orangtua yang membawa anak kecil. Karena dengan begitu, anak sangat bisa bermain tanpa membuat orangtuanya khawatir, daripada keluyuran apalagi sampai ke luar ruangan. Yang ditakutkan saat anak keluyuran di atas kapal adalah anak tersebut malah bermain di bagian-bagian berbahaya dari kapal, seperti di area pagar pembatas (kalau tercebur ke laut tentu itu bukan sulap), bermain-main dengan sekoci (anak bisa kabur), area jangkar kapal (jika kapal tiba-tiba berhenti mendadak, silakan periksa anak anda), atau di bagian mesin kapal. Bahaya bukan? Namun playground tersebut juga masih memiliki kekurangan, yaitu sempitnya area dan sedikitnya wahana bermain. Mengingat pentingnya keberadaan playground ini, saya rasa akan lebih baik jika pihak produsen dapat memperluas area bermain anak ini, dan memperbanyak jenis permainan yang ada. Sehingga anak tidak akan bosan jika berlama-lama di area ini.

Mushalah
Sambil mencari tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat di dalam ruangan executive, saya juga sambil mencari-cari tulisan “Mushalah”, namun saya tidak kunjung menemukannya. Jadi, bisa saya asumsikan bahwa ruangan tersebut cukup luas. Kebetulan saya bertemu dengan salah satu wanita yang merupakan awak kapal dengan tampilannya yang berwana serba biru langit, mulai kerudung hingga rok yang dikenakan. Belum sampai saya di hadapannya, wanita itu langsung berkata, “Selamat malam dan selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”. “Iya, mba. Kalau Mushalah di sebelah mana ya?”, tanya saya. Mba-mba itu menjawab dengan anggun, “Ohh silakan bapak lurus saja lewat sini sampai mentok, nanti belok ke kiri, di situ ada tangga ke bawah yang menuju ke Mushalah”, sambil mengarahkan tangannya. “Baik, mbak. Makasih ya”, jawab saya.

Air wudhu yang ada saat itu terbilang jernih tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Saat masuk ke ruang utama mushalah juga sudah dilengkapi dengan AC. Ada perlengkapan shalat seperti sarung, peci, dan mukena, lengkap dengan Al-Qur’an yang disimpan rapih pada rak yang berada di pojok Mushalah. Oh iya, bagi kalian yang baru pertama kali shalat di atas kapal, pasti kalian akan merasa aneh melihat ada empat sajadah dengan masing-masing sajadahnya mengarah pada arah yang berbeda, kalian akan bingung ke arah mana kiblat yang benar. Nah semakin ke sini, saya perhatikan pada setiap kapal yang memiliki fasilitas Mushalah pasti sudah memberikan petunjuk dengan menempelkan minimal dua sampai empat carik kertas pada dinding atau plafon Mushalah. Masing-masing kertas tersebut berisi tentang petunjuk arah kiblat pada saat kapal sedang melaju ke arah Merak, arah kiblat saat kapal melaju ke arah Bakauheni, arah kiblat saat kapal sedang bersandar di Merak, dan arah kiblat saat kapal sedang bersandar di Bakauheni. Jadi, penumpang tidak perlu khawatir akan salahnya arah kiblat saat shalat. Kalau pun ternyata salah sedikit, ketidaktahuan kita pasti akan termaafkan oleh-Nya. Saat itu kebetulan saya belum melaksanakan shalat Maghrib dan Isya, akhirnya saya men-jamak (menggabungkan) shalat saya di waktu yang sama.

Ruang Economic Class
Setelah Executive Class, ada satu lagi jenis ruangan untuk beristirahat, yaitu Economi Class. Ruangan ini tidak berbeda jauh dengan ruang executive, letaknya pun tidak berjauhan, serta fasilitas yang ada di dalamnya sama. Yang membuatnya beda hanyalah jenis kursinya yang merupakan kursi single seat (seperti kursi yang terdapat pada bus), dan dibuat saling berhadapan antar baris kursi. Dengan begitu kursi yang terdapat di ruangan ini tidak mendapatkan pengaturan reclining (rebah-tegak) dan sliding (maju-mundur), apalagi high adjuster (naik-turun). Meskipun tidak terdapat leg rest, namun secara keseluruhan kursi ini bisa dikatakan nyaman karena sudah dilengkapi hand rest (sandaran tangan) dan sudah terbuat dari kulit yang empuk. Tinggi kursinya juga sudah cukup untuk menopang kepala agar penumpang yang duduk di kursi tersebut tidak merasa pegal.

Sedangkan di kapal yang saya naiki, ruang Economic Class ini berbeda dengan beberapa kapal lainnya. Walaupun jenisnya sama, namun kursi kali ini dibuat tidak saling berhadapan, melainkan mengarah pada arah yang sama. Kursinya juga kali ini sudah memiliki pengaturan reclining, jadi saya bisa lebih nyaman duduk di atasnya dengan posisi duduk yang lebih ergonomis. Sesaat setelah duduk, saya mulai menyantap makanan yang telah saya bawa turun dari bus. Sembari menghabiskan makanan, saya sambil memulai obrolan ringan dengan seseorang yang duduk sebelah saya, “Pulang ke mana, pak?”. Bapak itu menjawab, “Ke Bogor. Abang sendiri ke mana?”. “Kalau saya ke Bandung pak tapi mau mampir ke Purwakarta dulu”. Kami membicarakan banyak hal, mulai dari urusan kuliah, kerja, keluarga, hobi, hingga kenyamanan kapal. Namun, tidak lama dari setelah saya mengatakan bahwa kursi yang saya duduki nyaman, tiba-tiba saya melihat binatang sejenis serangga yang keluar dari bawah kursi penumpang. “Kecoak itu bang!”, kata bapak di sebelah saya. “Iya nih, banyak banget lagi”, tambah saya. Saya cukup kesal saat itu, bagaimana mungkin kapal yang dilabeli sebagai kapal executive, namun hal semacam ini tidak terawat dengan baik. Padahal selama saya duduk di kursi tersebut, saya melihat banyak sekali petugas kebersihan berlalu-lalang di ruangan ini. “Ini petugas kebersihannya banyak, tapi kayak gak ada kerjaan nih!”, si bapak bergumau, kami pun pergi meninggalkan tempat itu dengan rasa sebal. Bapak tersebut mencari tempat istirahat lain ke ruang executive, sedangkan saya berjalan-jalan sambil melihat-lihat fasilitas yang berada di atas kapal. Berikut ulasannya:

Cafetarian
Cafetarian ini semacam ruang untuk bersantai dengan keluarga. Di dalamnya terdapat kursi sofa yang empuk dan cocok untuk berkumpul bersama keluarga, dan ada kasur untuk tidur secara lesehan. Kemudian juga terdapat warung yang menjual berbagai macam makanan ringan lengkap dengan minuman yang harganya bervariasi. Jika kalian tidak memiliki uang yang cukup, saya sarankan untuk tidak membeli makanan dan minuman di tempat ini, mahal. Harga satu cup Pop Mie yang sudah diseduh saja harganya bisa mencapai Rp15.000. Jadi, sebisa mungkin sebelum naik ke kapal, atau bahkan sebelum berangkat dari rumah, kalian sudah membeli makanan ringan semampu dan secukupnya. Lalu di beberapa kapal executive, playground untuk anak juga disediakan di ruangan ini. Di dalamnya juga terdapat TV dan AC, kalian juga bisa berbaring di atas kasur hitam yang cukup empuk yang telah tersedia di ruangan ini.


Ruang Menyusui
Ruang ini diperuntukkan bagi ibu yang ingin memberikan ASI kepada anaknya. Bagi ibu yang merasa malu saat hendak memberikan ASI kepada anak di tempat umum, ruangan ini akan sangat membantu, karena privasi akan terjaga. Namun perlu diperhatikan bahwa di beberapa kapal, ruangan ini kondisinya kurang baik, kebersihannya kurang terjaga, build quality-nya pun kurang baik untuk kapal sekelas executive. Bagian plafonnya ada yang terlepas, bahkan di beberapa ruangan pintunya sudah terlepas. Awas, bapak-bapak jangan ngintip, ya!

Rooftop (Also Known as Outdoor)
Tempat ini biasanya terdapat pada bagian paling atas kapal. Sedangkan di kapal executive, pada bagian ini kalian bisa menikmat suasana alam terbuka, angin yang berhembus kencang, serta indahnya lautan yang terbentang luas. Sedangkan di kapal reguler, tempat ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk hiburan atau dangdutan dengan volume suara yang tinggi, lalu jika malam telah tiba lampu tumbler dan lampu diskotek bersinar hingga kapal terlihat jelas meski dari kejauhan dan gelap. Tempat ini cocok untuk kalian yang suka mabuk dalam perjalanan jika berada dalam ruangan ber-AC. Bagi kalian yang gemar berfoto, bagian ini juga terdapat banyak sekali spot yang instagramable. Sehingga setelah kalian meninggalkan tempat ini, stok foto yang tersimpan di dalam galeri kalian pasti akan bertambah. Selain itu, di tempat ini juga disediakan kursi-kursi yang biasanya terbuat dari kayu. Kursinya seperti kursi taman, jadi saya rasa tempat ini juga akan menjadi tempat yang pas bagi kalian yang ingin berduaan dengan kekasih halal. Namun yang menyebalkan adalah, tidak sedikit orang yang merokok di tempat ini. Selain tidak kuat melihat orang lain berduaan dengan kekasih halalnya, saya juga tidak kuat menghirup asap rokok. Itulah alasan mengapa saya tidak pernah berlama-lama berdiam diri di tempat ini. Sakit.

Fasilitas Lain: Ruang Informasi dan Garbarata
Jika kalian merasa bingung, tanpa arah tujuan, kehilangan atau menemukan sesuatu, silakan kunjungi ruang ini. Petugas yang berjaga pasti akan dengan senang hati menjawab semua pertanyaan yang kalian ajukan. Dan ingat ini baik-baik, malu bertanya sesat di jalan.

Selain itu, sama halnya dengan apa yang terdapat di bandara, untuk menghubungkan ruang tunggu di Mall (yang juga terdapat terminal di dalamnya) dengan kapal executive, di dermaga executive juga terdapat garbarata. Uniknya, di dalam garbarata ini juga dilengkapi dengan AC, sehingga bagi siapa pun yang melewatinya pasti akan merasa sejuk.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan dengan harga yang terpaut cukup besar, kapal executive sangat saya anjurkan bagi kalian yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki uang yang cukup. Selisih harga tiketnya sangat tinggi, jadi pastikan saldo di kartu e-money kalian tidak kurang untuk membeli tiket.
2. Mementingkan kenyamanan. Meskipun masih banyak kekurangan, namun secara keseluruhan kapal executive bisa dikatakan nyaman untuk ditumpangi dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan.
3. Mementingkan kecepatan. Kapal executive memang menawarkan waktu berlayar yang cukup cepat. Dengan waktu kurang lebih 1 jam, kalian bisa dengan cepat sampai ke pulau sebrang.
4. Sedang melakukan perjalanan bersama keluarga dan membawa anak kecil. Karena di kapal executive terdapat ruang business class untuk berkumpul bersama keluarga, dan playground untuk bermain anak-anak, serta ruang untuk menyusui.
5. Sedang melakukan perjalanan bersama teman-teman. Kalian bisa patungan dengan teman-teman kalian untuk membeli tiket kapal executive, dengan begitu kalian tidak akan terlalu terbebani.

Lanjutan Perjalanan
Setelah berlayar di atas kapal selama kurang lebih satu jam lamanya, akhirnya kami tiba di pelabuhan Merak, Banten. Kami melanjutkan perjalanan menggunakan tol Merak menuju tol Cikampek. Selama di perjalanan saya hanya menghabiskan waktu dengan tidur, karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Selain itu juga karena saya sudah tidak bisa melihat pemandangan indah seperti apa yang saya lihat saat di tol Trans Sumatera. Singkat cerita saya pun tiba di rumah saya di Purwakarta tepat pukul 3 subuh. Sambil menunggu waktu adzan Subuh, saya gunakan untuk istirahat. Setelah melaksanakan shalat Subuh, saya langsung melanjutkan perjalanan menuju kota Bandung dengan menggunakan motor saya. Akhirnya saya tiba di Bandung pada pukul 9 pagi dengan kondisi sangat melelahkan. 

5 Komentar untuk "Pengalaman Naik Kapal Executive Merak - Bakauheni: Harga Tiket, Fasilitas, Sensasi"

  1. Palembang selalu bikin kangen πŸ˜₯

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan lama-lama, ayo segera ke Palembang 😊

      Hapus
  2. The machine is then activated by the use of a lever or button , which prompts reels that spin and cease to rearrange the symbols. If a player matches a profitable mixture of symbols, the player earns credits based on the paytable. Classic symbols include objects corresponding to fruits, bells, and stylized fortunate sevens. Most slot video games have a theme, corresponding to a particular 카지노 aesthetic, location, or character.

    BalasHapus

Tinggalkan komentar terbaik anda.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel