Makalah: Analisis Rasio Likuiditas pada Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Menggunakan Metode Comparative Analysis

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR MENGGUNAKAN METODE COMPARATIVE ANALYSIS
Diajukan untuk Memenuhi  Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan
Dosen: Yuda Septia Fitri, SE., M.Si

  

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1.      Khasanatunnisa                       (NIM: 1168020143)
2.      Lu’yan Azis Rahayu               (NIM: 1168020151)
3.      Mega Sagara                           (NIM: 1168020161)
4.      M. Ramdhan Nugraha            (NIM: 1168020169)
5.      Muhammad Dzulfiqar             (NIM: 1168020179)
6.      Muhammad Fahmi Husein     (NIM: 1168020180)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Rasio Likuiditas pada Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Menggunakan Metode Comparative Analysis” dengan sebaik mungkin dan Insya Allah dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, kami banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak,  karenanya pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Allah Swt, yang telah berkenan memberikan kekuatan baik lahir maupun batin dan kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ini.
2.      Orang tua kami semua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3.      Ibu Yuda Septia Fitri, SE., M.Si., selaku dosen pengampu pada mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.
4.      Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu penyusunan makalah ini.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan di Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Allahumma aamiin.

Bandung, Maret 2019

Penulis,


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Kita serigkali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu. Mengapa hal tersebut tejadi? Karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk menutupi utang yang jatuh tempo tersebut.
Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik antara perusahaan dengan para kreditor atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada para pelanggan (konsumen). Artinya pada akhirnya perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai pihak terhadap perusahaan merupakan modal utama perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya.
Dalam makalah ini, penulis berusaha memaparkan secara singkat mengenai analisis rasio yang berfungsi sebagai tolak ukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban atau utang jangka pendeknya.


B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan rasio likuiditas?
2.      Apa saja tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas?
3.      Apa saja komponen yang terdapat pada rasio likuiditas?
4.      Apa saja jenis-jenis rasio likuiditas?
5.      Bagaimana hasil analisis rasio likuiditas pada perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur?

C.    Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Selain itu, makalah ini juga disusun untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai analisis likuiditas.

D.    Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari makalah ini adalah pembaca dapat menambah pengetahuan mengenai:
1.      Pengertian rasio likuiditas.
2.      Tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas.
3.      Komponen yang terdapat pada rasio likuiditas.
4.      Jenis-jenis rasio likuiditas.
5.      Hasil analisis rasio likuiditas pada perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah suatu indikator tentang kemampuan perusahaan yang membayar semua kewajiban finansial jangka pendek ketika sudah jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang masih tersedia atau dengan kata lain bisa menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban/utang jangka pendek.
Adapun rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kemampuan membayar terhadap kewajiban jangka pendek sangat tergantung pada alat pembayaran likuid (cair) yang dimiliki perusahaan. Jumlah alat pembayaran likuid yang dimiliki perusahaan tersebut sebagai daya bayar atau kekuatan bayar suatu perusahaan, yang akan menjadikan perusahaan mempunyai kemampuan membayar kewajiban jangka pendek.
Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Para Ahli
 Berikut ini adalah beberapa definisi rasio likuiditas menurut para ahli:
Pengertian Rasio Likuiditas menurut Fred Weston (Kasmir (2008:129). Bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang/ kewajiban jangka pendeknya.
Pengertian rasio likuiditas menurut Bambang Riyanto (2010, hal.25). Rasio likuiditas yaitu berkaitan dengan masalah kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dapat dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran/alat-alat likuid yang dimiliki sebuah perusahaan pada suatu saat merupakan suatu kekuatan membayar dari perusahaan bersangkutan.


Pengertian rasio likuiditas menurut Syafrida Hani (2015, hal. 121). Rasio likuiditas ialah kemampuan sebuah perusahaan dalam hal memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera bisa dicairkan atau yang telah jatuh tempo. Likuiditas, secara spesifik mencerminkan tersedianya dana yang dimiliki oleh perusahaan untuk memenuhi seluruh hutang yang akan jatuh tempo.
Pengertian rasio likuiditas menurut Rambe, dkk. (2015, hal 49). Rasio likuiditas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam hal memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya/ Current liabilites. Melalui cara menghubungkan jumlah kas dalam aktiva lancar lain dengan kewajiban jangka pendek dapat memberikan ukuran yang mudah serta cepat dipergunakan dalam mengukur likuiditas. 2 rasio likuiditas yang umum dipakai yaitu quick ratio dan current ratio.

B.     Komponen Rasio Likuiditas

1.      Aktiva Lancar
Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun. Aktiva lancar merupakan aktiva yang paling likuid dibandingkan dengan aktiva lainnnya. Komponen yang ada di aktiva lancar terdiri dari antara lain, kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya yang dibayar di muka, pendapatan yang masih harus dibayar, dan aktiva lancar lainnya. Penyusunan aktiva lancar ini biasanya dimulai dari aktiva yang paling lancar, artinya yang paling mudah untuk dicairkan. Berikut pengertian dari masing-masing komponen:
a.       Kas, merupakan uang tunai yang dimiliki perusahaan dan dapat segera di gunakan setiap saat. Kas merupakan komponen aktiva lancar paling dibutuhkan guna membayar berbagai kebutuhan yang di perlukan. Jumlah uang kas yang ada di perusahaan harus diatur sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Apabila uang kas terlalu banyak, sedangkan penggunaannya kurang efektif, akan terjadi uang menganggur.
b.      Bank (rekening giro dan rekening tabungan), merupakan tempat perusahaan menyimpan uang atau menitipkan uangnya dalam bentuk simpanan. Contoh simpanan yang ada di bank adalah rekening giro dan rekening tabungan. Menyimpan uang di bank lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan memegang uang tunai. Pertama, dengan menyimpan uang di bank perusahaan, akan diperoleh penghasilan dari bunga atau jasa simpanan yang diberikan oleh bak. Kedua, menyimpan uang di bank juga relatif aman dari kehilangan atau kerusakan. Ketiga, saat ini uang disimpan di bank juga sangat mudah dicairkan, yaitu 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggudi berbagai mesin ATM yang tersebar di berbagai pelosok.
c.       Surat-surat berharga, merupakan harta perusahaan yang ditanamkan dalam bentuk  kertas berharga dan memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Keuntungan memiliki surat-surat berharga antara lainbungan atau jasa atas surat-surat berhaga tesebut. Contoh surat-surat berharga adalah sertifikat deposito, saham, obligasi, dan dapat segera diyangkan (dijual) jika dibutuhkan.
d.      Piutang, merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang memiliki  jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Piutang terjadi akibat dari penjualan barang atau jasa kepada keonsumennya secara angsuran (kredit0. Piutang dibagi menjadi dua yaitu, piutang dagang dan wesel tagih. Pitang dagang adalah tagihan yang diakibatkan penjualan barang kelangganan, sedangkan piutang wesel tagih adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain karena adanya suatu perjanjian tertulis (wesel).
e.       Sediaan, merupakan sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaan dalam suatu tenpat (gudang). Sediaan merupakan cadangan perushaan untu proses produksi atau penjualan pada saat dibutuhkan. Jenis sediaan dibagi menjadi dua yaitu, untuk perusahaan dagang adalah semua barang yang diperdagangkan, sedangkan untuk perusahaan manufaktur adalah barang mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.
f.        Biaya yang  dibayar di muka, merupakan biaya atau pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh barang dan jasa dari pihak lain yang akan datang. Artinya, barang belum diterima tetapi sudah dipesan dan uang mukanya sudah dibayar sebagai yanda jadi.
g.      Pendapatan yang masih harus diterima, diperoleh misalnya dalam melakukan transaksi penjualan, biasanya pembayaran dilakukan di samping secara tunai juga sering dilakukan secara kredit (angsuran) atau pembayaran di belakang. Dengan kata lain, penghasilan atau pendapatan yang sudah merupakan hak perusahaan, belum diterima pembayarannya saat ini, akibat pelanggan belum membayar.
2.      Utang Lancar (Kewajiban Jangka Pendek)
Utang lancar (kewajiban jangka pendek) merupakan kewajiban atau utang perusahaan kepada pihak lain karena memperoleh pinjaman (kredit) dari suatu lembaga keuangan (bank). Utang juga dapat terjadi karena pembelian suatu barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan secara angsuran. Utang lancar juga disebut utang jangka pendek karena jangka waktu pengembaliannya tidak lebih dari satu tahun.
a.       Utang dagang, merupakan kewajiabn perusahaan kerena adanya pembelian barang yang pembayarannya secara kredit (angsuran). Artinya perusahaan membeli barang dagangan yang pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang. Biasanya utang dagang memiliki jangka waktu pembayarannya maksimal atau paling lama satu tahun atau sesuai perjanjian.
b.      Utang wesel, merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain akibat adanya perjanjian tertulis yang dilakukan oleh perusahaan untuk membayar sejumlah uang tertentu, dalam waktu tertentu juga (diatur dengan undang-undang). Biasanya utang dagang memiliki jangka waktu pembayaran maksimal atau paling lama satu tahun atau sesuai perjanjian.
c.       Utang bank, merupakan sejumlah uang yang diperoleh perusahaan dari lembaga keuangan bank dan pembayarannya secara angsuran sesuai perjanjian kedua belah pihak. Utang bank yang termasuk dalam utang lancar adalah yang memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun, sedangkan apabila melebihi dari satu tahun, dikategorikan dalam komponen utang jangka panjang.
d.      Utang pajak, ,erupakam pajak perusahaan yang belum disetor ke kas negara (pajak terutang). Utang pajak ini terjadi karena perusahaan memang belum menyetor atau meamang terjadi kekurangan penyetoran pajak pada periode sebelumnya. Selama utang pajak ini belum disetor ke keas negara, utang pajak ini tetap berada di sisi pasiva lancar.
e.       Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya atau kewajiban perusahaan yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Artinya biaya ini sebenarnya sudah jatuh tempo pembayarannya, tetapi karena sesuatu hal, biaya ini belum dibayar. Biaya ini tetap harus di bayar sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak pada saat tertentu.
f.        Utang dividen, adalah dividen yang dapat dibayar sebagaimana diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan tapi pada akhir periode belum dibayar dan dicatat sebagai hutang deviden. Perseroan Terbatas yang sudah mengumumkan adanya pembagian deviden kepada para pemegang saham sudah harus mengakui adanya hutang pada saat pengumuman.
g.      Utang gaji, biaya gaji yang sudah merupakan kewajiban perusahaan untuk membayarkan kepada karyawan, namun jumlah yang harus dibayarkan tersebut belum dibayarkan perusahaan, sehingga masih merupakan utang perusahaan terhadap karyawannya.
3.      Modal kerja, merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek. Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya kas, surat berharga (efek), piutang, dan persediaan. Modal kerja di sini yaitu jumlah dari aktiva lancar secara keseluruhan. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Sedangkan modal kerja bersih (net working capital) merupakan aktiva lancar yang dikurangi dengan utang lancar.

C.    Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga pihak distributor atau supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.
Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, dan pihak yang memiliki hubungan denga perusahaan seperti kreditor dan distributor atau supplier.
Berikut adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas:
1.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dan piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan dan piutang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.
4.      Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
5.      Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek.
6.      Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
7.      Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8.      Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9.      Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya. Kemudian, bagi pihak distributor adanya kemampuan membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.

D.    Jenis-jenis Rasio Likuiditas

Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu, dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk menguukur kemampuan yaitu:

1.      Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang jangka pendek yang segera jatuh tempo pada saat ditagih menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikaitkan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Dari hasil pengukuran rasio lancar, apabila rasio lancar rendah, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang jangka pendeknya. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industri untuk usaha yang sejenis.
Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Jika hasil untuk current ratio adalah dua kali atau lebih, keadaan perusahaan untuk tahun bersangkutan berada dalam kondisi baik mengingat hasil rasionya di atas rata-rata industri. Namun jika hasil rasionya kurang dari dua  dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang kurang baik.

2.      Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat (quick ratio) atau dapat dikatakan juga sebagai rasio sangat lancar (acid test ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar utang jangka pendek (utang lancar) dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nlai persediaan (inventory). Artinya, nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu yang relatif lama untuk digunakan apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.
Untuk mencari nilai quick ratio, diukur dari total aktiva lancar kemudian dikurangi dengan nilai persediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya yang dibayar di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar. Rumus untuk mencari rasio cepat  atau quick ratio adalah sebagai berikut:
Atau dapat menggunakan rumus berikut:
Jika hasil untuk quick ratio adalah 1,5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.
Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan di bawah rata-rata industri, keadaan perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual persediaan untuk melunasi pembayaran utang lancarnya. Padahal menjual persediaan untuk harga yang normal relatif sulit, kecuali perusahaan menjual di bawah harga pasar, yang tentunya bagi perusahaan jelas menambah kerugian.

3.      Rasio Kas (Cash Ratio)

Di samping kedua rasio yang sudah dibahas di atas, terkadang perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar-benar siap untuk digunakan untuk membayar utang jangka pendeknya. Artinya, dalam hal ini perusahaan tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya yaitu dengan menggunakan rasio lancar.
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari rasio kas adalah sebagai berikut:
Atau dapat juga menggunakan rumus berikut:
Jika hasil  untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal. Sebaliknya, apabila rasio kas di bawah rata-rata industri, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban jangka pendeknya masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.

4.      Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)

Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan moal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja bersih yang dimiliki perusahaan. Sementara itu, modal kerja bersih kotor atau modal kerja saja merupakan jumlah dari aktiva lancar. Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut:
a.       Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.
b.      Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat dikatakan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut:
Jika hasil rasio perputaran kas kurang dari 10% maka keadaan perusahaan pada tahun yang bersangkutan kurang baik karena masih kurang dari rata-rata industri. Namun, jika hasilnya lebih dari atau sama dengan 10% maka keadaan perusahaan pada tahun yang bersangkutan dapat dikatakan baik.

5.      Inventory to Net Working Capital

Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan dari aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus untuk mencari inventory to net working capital adalah sebagai berikut:
Jika hasil inventory to net working capital adalah kurang dari 12%, maka keadaan perusahaan pada tahun yang bersangkutan kurang baik karena masih di bawah rata-rata industri. Sedangkan jika di atas rata-rata industri, maka berarti keadaan perusahaan pada tahun yang bersangkutan dapat dikatakan baik.

E.     Hasil Analisis pada Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Berikut merupakan hasil pengukuran analisis rasio likuiditas pada perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Dalam mengukur kinerja perusahaan, penulis membandingkan hasil rasio tahun 2017 dengan tahun sebelumnya kemudian membandingkannya dengan perusahaan sejenis, yaitu PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun dan kuartal yang sama (Maret 2018). Data laporan keuangan terlampir didapatkan dari website resmi masing-masing perusahaan, yaitu www.indofood.com (PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk) dan www.unilever.co.id (PT. Unilever Indonesia, Tbk). Semua data dalam jutaan rupiah, kecuali dinyatakan lain.
1.      Current Ratio
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Pada Desember 2017, jumlah akitva lancar 1,52 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,52 rupiah aktiva lancar. Berikut perhitungannya:
Pahun 2018 di kuartal pertama, jumlah akitva lancar 1,47 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,47 rupiah aktiva lancar. Berikut perhitungannya:



PT. Unilever Indonesia, Tbk
Pahun 2018 di kuartal pertama, jumlah akitva lancar 0,79 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 0,79 rupiah aktiva lancar. Berikut perhitungannya:

2.      Quick Ratio
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:

3.      Cash Ratio
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:

4.      Cash Turn Over
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:


5.      Inventory to Net Working Capital
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:

Dari pengukuran rasio di atas, dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini:
No
 Jenis Rasio
2017
2018 Q1
 PT. Unilever Indonesia, Tbk
1
 Current Ratio
   1,52
   1,47
                                   0,79
2
 Quick Ratio
   1,07
   1,03
                                   0,56
3
 Cash Ratio
63%
60%
8%
4
 Cash Turn Over
158%
155%
-406%
5
 Inventory to Net Working Capital
87%
92%
-97%

1.      Current Ratio (Rasio Lancar)
Rasio lancar dapat dilihat dari tabel terjadi penurunan rasio dari tahun 2017 ke tahun 2018 yaitu sebanyak 0,05 kali atau (5%). Namun di sisi lain, perusahaan ini dapat dikatakan memuaskan karena berada jauh di atas perusahaan pesaing yang hanya menunjukkan angka 0,79 kali atau 79%.
Jika hasil ratio perusahaan pesaing untuk current ratio adalah 0,79 kali, maka current ratio perusahaan baik pada tahun 2017 maupun tahun 2018 dapat dikatakan baik. Hal ini penting mengingat rasio yang menyamai rata-rata atau bahkan di atas perusahaan pesaing dibutuhkan guna menumbuhkan tingkat kepercayaan berbagai pihak kepada perusahaan tersebut.
2.      Quick Ratio (Rasio Cepat)
Hasil rasio cepat pada tahun 2018 juga mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2017 menunjukkan angka 1,07 pada tahun 2018 turun sebanyak 0,04 kali menjadi 1,03 kali atau 103%.
Jika hasil rasio perusahaan pesaing untuk quick ratio adalah 0,56 kali, maka kondisi perusahaan dapat dikatakan cukup memuaskan untuk kedua tahun tersebut, walaupun terjadi penurunan.
3.      Cash Ratio (Rasio Kas)
Hasil pengukuran rasio kas dari tahun 2017 ke tahun 2018 juga mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2017 rasio kas sebanyak 63%, pada tahun 2006 turun menjadi 75%.
Jika hasil rasio perusahaan pesaing untuk rasio kas adalah 8%, perusahaan berada dalam kondisi memuaskan karena masih di atas pesaing. Hanya saja perlu diantisipasi apakah penggunaan kas sudah dilakukan secara optimal karena rasio kas yang tinggi dicurigai karena manajemen belum melakukan pengelolaan secara baik, artinya adanya kas yang idle (menganggur) dan tentu saja ini dapat merugikan perusahaan.
4.      Cash Turn Over (Rasio Perputaran Kas)
Hasil pengukuran rasio perputaran kas dari tahun 2017 ke tahun 2018 juga mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2017 rasionya sebesar 158%, pada tahun 2018 turun menjadi 155%. Ini berarti perusahaan tidak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menutupi biaya-biaya perusahaan.
Jika hasil rasio perputaran kas perusahaan pesaing sebesar -406%, maka kondisi perusahaan baik pada tahun 2017 maupun 2018 dapat dikatakan memuaskan karena jauh di atas perusahaan pesaing.
5.      Inventory to Net Working Capital
Hasil pengukuran inventory to net working capital dari tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami kenaikan. Jika semula pada tahun 2017 rasio inventory to net working capital sebanyak 87% pada tahun 2018 naik menjadi 92%.
Jika hasil inventory to net working capital pada perusahaan pesaing sebesar -97, maka rasio perusahaan ini untuk tahun 2017 dan tahun 2018 dinilai baik karena hasil rasio berada di atas hasil rasio perusahaan pesaing.


BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan

1.      Rasio likuiditas adalah suatu indikator tentang kemampuan perusahaan yang membayar semua kewajiban finansial jangka pendek ketika sudah jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang masih tersedia atau dengan kata lain bisa menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban/utang jangka pendek.
2.      Komponen rasio likuiditas terdari unsur-unsur yang terdapat pada aktiva lancar dan utang lancar serta modal kerja.
3.      Secara umum, tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas adalah sebagai gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan, menggunakan aktiva lancar yang dikurangi persediaan, dan menggunakan kas.
4.      Rasio likuiditas terdiri dari rasio lancar, rasio cepat, rasio kas, rasio perputaran kas, dan inventory to net working capital.
5.      Secara keseluruhan hampir semua rasio pada perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur mengalami penurunan dari tahun 2017 ke tahun 2018, kecuali pada inventory to net working capital, perusahaan justru mengalami kenaikan. Kemudian jika dibandingkan dengan perusahaan pesaing yang sejenis, maka dapat dikatakan perusahaan ini berada dalam kondisi baik atau memuaskan karena semua hasil rasio menunjukkan bahwa hasil rasio perusahaan ini  berada jauh di atas perushaan pesaing yang sejenis.

B.     Saran

Dalam proses penyusunan makalah ini tentu masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

LAMPIRAN


 



DAFTAR PUSTAKA


Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Belum ada Komentar untuk "Makalah: Analisis Rasio Likuiditas pada Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Menggunakan Metode Comparative Analysis"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar terbaik anda.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel