Kisah Ahmad, Muslim Rohingya yang Masih Belia
Setelah lama tidak menulis, kali ini saya akan berbagi kisah yang telah disampaikan oleh ustadz sekaligus guru saya, H. Edwin Senjaya, S.E, M.M. Sebelumnya saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam pemilihan kata. Dan mohon maaf jika terdapat kata yang tidak pantas karena memang ini harus disampaikan agar semua orang di dunia tahu dan membuka matanya lebar-lebar melihat saudaranya diperlakukan dengan tidak manusiawi! Baik langsung saja dibaca kisahnya:
Ahmad, merupakan merupakan seorang muslim Rohingya yang usianya masih belia.
Ayahnya merupakan seorang pemuka agama, begitu pun dengan Ibunya.
Mereka tinggal di sebuah desa, dan hidup damai bersama keluarga muslim etnis Rohingya lainnya, yang merupakan etnis ASLI di Myanmar (Burma).
Namun pada suatu hari tiba-tiba datang sekelompok tentara radikal Myanmar yang memburu setiap pemuka agama di desa tersebut.
Ayah Ahmad langsung ditangkap, lalu diikat tangannya sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Kemudian ibu Ahmad diperkosa oleh tentara biadab Myanmar, sementara itu ayah Ahmad harus melihat istrinya diperkosa secara bergilir oleh tentara tsb. Begitu pun dengan Ahmad.
Ayah Ahmad yang berusaha berontak kemudian dipenggal kepalanya oleh tentara tersebut.
Melihat kejadian itu, Ahmad langsung terjatuh pingsan, lalu tentara meninggalkannya begitu saja.
Setelah terbangun, Ahmad langsung menangis tak tertahan karena melihat ayah dan ibu tersayangnya sudah tak bernyawa.
Kemudian datanglah paman jauh Ahmad beserta anak-anaknya yang kemudian membawa Ahmad melarikan diri dari Myanmar.
Paman dan anak-anaknya beserta Ahmad melakukan perjalanan ke Bangladesh, yang merupakan salah satu negara dengan penduduk Muslim terbanyak di Dunia.
Jarak yang harus ditempuh Ahmad dan pamannya beratus-ratus kilo jauhnya. Mereka harus melewati gunung, hutan dan lembah untuk bisa sampai.
Setelah tiba di Bangladesh, Ahmad tinggal di sebuah pengungsian.
Di sana dia menjadi seorang penghafal Quran. Dalam 10 bulan dia mampu menghafal setidaknya 16 Juz dari Al-Quran.
Kemudian saya mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya. "Ahmad, apa cita-citamu setelah kau besar nanti?", tanya saya. "Saya akan pergi ke kampung halaman saya (Myanmar), lalu akan saya tegakkan agama Allah di sana!", jawab Ahmad dengan lantang.
Masya Allah, sebuah jawaban yang sebelumnya tak terkira sebelumnya dari seorang anak yang usianya masih belia.
Semoga apa yang telah kau cita-citakan bisa tercapai, Ahmad. Dan kau bisa merebut dan tinggal kembali di kampung halamanmu.
Masya Allah, Allahuakbar!
Note: Cerita ini saya kutip dari ceramah guru saya (H. Edwin Senjaya, S.E, M.M), yang merupakan pembina/penasihat Shuffah Baitul Mu'min saat kajian pada hari Jum'at, 8 September 2017, di masjid An-Nuur Biofarma, Bandung.
Ahmad, merupakan merupakan seorang muslim Rohingya yang usianya masih belia.
Ayahnya merupakan seorang pemuka agama, begitu pun dengan Ibunya.
Mereka tinggal di sebuah desa, dan hidup damai bersama keluarga muslim etnis Rohingya lainnya, yang merupakan etnis ASLI di Myanmar (Burma).
Namun pada suatu hari tiba-tiba datang sekelompok tentara radikal Myanmar yang memburu setiap pemuka agama di desa tersebut.
Ayah Ahmad langsung ditangkap, lalu diikat tangannya sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Kemudian ibu Ahmad diperkosa oleh tentara biadab Myanmar, sementara itu ayah Ahmad harus melihat istrinya diperkosa secara bergilir oleh tentara tsb. Begitu pun dengan Ahmad.
Ayah Ahmad yang berusaha berontak kemudian dipenggal kepalanya oleh tentara tersebut.
Melihat kejadian itu, Ahmad langsung terjatuh pingsan, lalu tentara meninggalkannya begitu saja.
Setelah terbangun, Ahmad langsung menangis tak tertahan karena melihat ayah dan ibu tersayangnya sudah tak bernyawa.
Kemudian datanglah paman jauh Ahmad beserta anak-anaknya yang kemudian membawa Ahmad melarikan diri dari Myanmar.
Paman dan anak-anaknya beserta Ahmad melakukan perjalanan ke Bangladesh, yang merupakan salah satu negara dengan penduduk Muslim terbanyak di Dunia.
Jarak yang harus ditempuh Ahmad dan pamannya beratus-ratus kilo jauhnya. Mereka harus melewati gunung, hutan dan lembah untuk bisa sampai.
Setelah tiba di Bangladesh, Ahmad tinggal di sebuah pengungsian.
Di sana dia menjadi seorang penghafal Quran. Dalam 10 bulan dia mampu menghafal setidaknya 16 Juz dari Al-Quran.
Kemudian saya mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya. "Ahmad, apa cita-citamu setelah kau besar nanti?", tanya saya. "Saya akan pergi ke kampung halaman saya (Myanmar), lalu akan saya tegakkan agama Allah di sana!", jawab Ahmad dengan lantang.
Masya Allah, sebuah jawaban yang sebelumnya tak terkira sebelumnya dari seorang anak yang usianya masih belia.
Semoga apa yang telah kau cita-citakan bisa tercapai, Ahmad. Dan kau bisa merebut dan tinggal kembali di kampung halamanmu.
Masya Allah, Allahuakbar!
Note: Cerita ini saya kutip dari ceramah guru saya (H. Edwin Senjaya, S.E, M.M), yang merupakan pembina/penasihat Shuffah Baitul Mu'min saat kajian pada hari Jum'at, 8 September 2017, di masjid An-Nuur Biofarma, Bandung.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Ahmad, Muslim Rohingya yang Masih Belia"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar terbaik anda.